Tembus Pasar nasional, Usaha Terasi Awaina Raup Omzet Belasan Juta Rupiah

Terasi Awaina khas langsa kini telah menjadi oleh-oleh khas kota Langsa. Sehingga dengan seiringnya waktu produk terasi miliknya sudah banyak dikenal oleh masyarakat ramai, bahkan setiap pengunjung yang ke Langsa selalu membawa oleh-oleh berupa terasi untuk dibawa pulang ke kampung halamannya.

Usaha Terasi Awaina Sendiri beralamat di Dusun Peutua Abdullah, Gampong Simpang Lhee, Kecamatan Langsa Barat. Terasi Awaina menjadi salah satu oleh-oleh khas dari Kota Langsa.

Generasi ketiga pemilik usaha Terasi Awaina, Jafaruddin mengatakan,  untuk penghasilannya, dalam sebulan Jafar mampu meraup keuntungan sebesar Rp 15 juta rupiah, dan itu merupakan angka yang cukup besar dengan hanya memanfaatkan dua bahan yaitu garam dan udang rebon saja.

"Kita tidak produksi tiap hari, hitung kasarnya 1 sampai 2 ton perbulan, karena barangnya dari laut besok masuk 500 kg besok tidak masuk, kadang-kadang lusa masuk lagi," jelasnya, Senin (26/11/2022)

Untuk proses pembuatannya, hanya menggunakan udang rebon segar dan garam yang diaduk lalu dicampur dan diletakkan di dalam wadah kemudian difermentasikan selama 2 sampai 3 hari lamanya, proses ini terbilang cukup mudah selain tidak memakan waktu yang lama, juga hanya menggunakan 2 bahan utama saja tanpa ada bahan tambahan lainnya.

"Proses pembuatan terbilang simple karena kita cuman pakai udang rebon dan garam, yang perlu di perhatikan fermentasinya, sampai 2-3 hari, baru digiling, kemudian masa penyimpanan siap pakai," jelasnya.

Jika menggunakan udang yang cukup besar, barulah prosesnya bertambah panjang, karena setelah di fermentasi jika udangnya berukuran besar akan mengalami penggilingan selama 2 kali, berbeda dengan ukuran udang yang kecil hanya mengalami penggilingan satu kali saja. Untuk takaran kedua bahan tersebut, biasanya Jafar menambahkan sebanyak 1 kg garam dengan mencampurkan 10 kg udang rebon segar.

Dikatakannya, setelah menjalani proses fermentasi, jika konsumen ingin membeli, pihaknya akan melakukan packing segera dan bisa dilihat langsung oleh konsumen yang berada di gerainya, apalagi dengan banyak selera konsumen yang berbeda-beda, konsumen dapat memilih teras dengan tekstur apa yang akan dibelinya.

Untuk terasi tersedia dalam tiga varian yaitu varian pasti atau original dan dijual dengan harga Rp. 15 ribu rupiah dengan ukuran 250 gram, kemudian varian bubuk atau yang sudah mengalami proses sangrai dijual dengan harga Rp. 25 ribu rupiah dengan ukuran botol seberat 100 gram dan varian ketiga yaitu varian permen atau bakar dengan harga Rp. 20 ribu rupiah saja dengan ukuran 100 gram.

Udang rebon sebagai bahan utama pembuatan terasi tersebut di ambil dan dibeli dari nelayan sekitar, selain untuk menjadi bahan produksi terasinya sekaligus membantu Sumber Daya Alam (SDA) yang ada dikota Langsa tersebut dan juga bisa membantu perekonomian warga disana. Apalagi jika musim udang rebon tiba biasanya nelayan maupun masyarakat tidak mungkin selalu memakannya, jadi dengan mengkreasikan bahan tersebut ia bisa menciptakan suatu produk yang bernilai tinggi dan tentunya sudah tahan lama.

"Kita usaha hulu hilir, bahan baku dari nelayan kampung, kita beli lalu kita jual sehingga dijadikan buah tangan dari Langsa, istilahnya memanfaatkan SDA yang ada, daripada udangnya tidak tahu dibawa kemana jadi lebih baik produksi," sebutnya.

Jika varian pasta atau original biasanya hanya tahan 6 bulan lamanya sedangkan untuk dua varian lagi yakni bubuk dan permen bisa bertahan selama bertahun-tahun, meskipun tidak menggunakan bahan pengawet.  Selain itu terasi Awaina ini juga telah bersertifikasi halal dan layak untuk dikonsumsi dan telah dibuktikan dari sertifikat yang berikan oleh Dinas Kesehatan.

"Untuk bahan tambahan lain kita tidak gunakan karena kita  juga sudah bersertifikat halal karena kita juga sudah dalam pantauan, apa yang kita taruh dikomposisi itulah yang kita gunakan, nanti kita takut juga nanti pas ada sidak dan mereka turun langsung udah beda dengan komposisi yang kita daftarkan," ungkapnya.

Dalam memasarkan produknya tidak hanya berjualan di Langsa saja, ia juga memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan WhatsApp untuk menjual terasi miliknya dan biasanya, laku terjual dalam sehari sebanyak 10- 15 kg perharinya.

Selain itu, Terasi lokal produksi khas kota Langsa tersebut kini mampu bersaing dengan produk luar Aceh. Buktinya Terasi Awaina dijual sudah sampai ke ke Semarang dan Banten. 

Oleh-oleh khas kota Langsa ini telah menerima banyak undangan berupa event maupun ekspo. Baru-baru ini sekitar bulan September lalu, satu-satunya perwakilan Aceh yang dibawa ke Belanda untuk mengikuti event yang diadakan oleh Pertamina. Selain itu produk miliknya juga mengikuti ekspo yang digelar di Yogyakarta bersama Diskop UKM Aceh dan juga mengikuti study banding ke Surabaya dengan Dinas Perikanan. [Adv]
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru