LHOKSEUMAWE - Air bah yang merendam sejumlah desa di Kota Lhokseumawe dalam sepekan terakhir memaksa warga mengungsi dan meninggalkan rumah yang terendam lumpur. Di tengah situasi darurat itu, sekelompok anak muda dari Pemuda Panca Marga (PPM) Kota Lhokseumawe memilih turun langsung, membawa paket-paket bantuan hasil donasi masyarakat.
Pada Selasa siang, rombongan PPM mendatangi Desa Ujong Pacu dan Desa Cot Trieng di Kecamatan Muara Satu. Dua lokasi yang sejak awal banjir disebut sebagai titik paling parah terdampak.
Ketua PPM, Nurwaled, memimpin rombongan bersama Kapolsek Banda Sakti AKP Hanafiah, S.Ag., MM, Wakil Ketua PPM Yusdedi, serta Koordinator Lapangan Nizamul Fitra. Mereka membawa pakaian layak pakai, sembako, indomie, beras, hingga air mineral—barang-barang yang dikumpulkan dari aksi penggalangan dana di Taman Riyadhah.
"Ini amanah masyarakat. Kami hanya perpanjangan tangan," kata Nurwaled. "Semoga bisa meringankan beban warga yang kini serba terbatas."
Bantuan dari Taman Kota untuk Dua Desa Tergenang
Aksi penggalangan dana dilakukan selama beberapa hari oleh anggota PPM, menyasar warga Lhokseumawe yang melintas di pusat kota. Respons publik cukup besar. Kantong-kantong plastik berisi donasi menumpuk, lalu disortir dan dikemas ulang untuk dibawa ke lokasi banjir.
Di Ujong Pacu, bantuan diterima langsung oleh Keuchik M. Nasir, sementara di Cot Trieng diterima oleh Keuchik Abdul Gani. Keduanya menyampaikan situasi desa yang belum pulih. Warga masih mengungsi, sebagian lainnya memilih bertahan di rumah panggung sambil menunggu air surut. "Aktivitas lumpuh. Bantuan seperti ini sangat dibutuhkan dan akan segera kami bagikan kepada yang paling terdampak," ujar M. Nasir.
AKP Hanafiah yang turut dalam rombongan menyebut langkah cepat PPM sebagai bentuk sinergi yang patut dicontoh. "Inisiatif seperti ini penting dalam kondisi darurat. Ketika negara dan masyarakat bergerak bersama, kerja penanganan bencana jadi lebih ringan," katanya.
Di lapangan, penyaluran berlangsung tertib. Tidak tampak antrean berebut atau saling mendahului. Para pemuda itu membagikan paket sembako satu per satu, sesekali berbincang dengan warga yang wajahnya terlihat lelah namun lega.
Sepekan setelah banjir melanda, sebagian wilayah Lhokseumawe masih terendam. Namun, aksi-aksi solidaritas seperti yang dilakukan PPM memberi ruang bernapas bagi warga yang tengah menata ulang hidup mereka.
Di tengah situasi yang tak menentu, gerakan sukarela anak-anak muda itu menjadi pengingat bahwa bencana tidak hanya membawa kerusakan, tapi juga mengikat kembali warga dalam satu semangat: bahu-membahu melewati masa sulit. (Juliana, Yusdedi)
