BANDA ACEH - Pemerintah Kota Banda Aceh tengah berpacu dengan waktu untuk mencapai target sanitasi aman 2025 sebesar 19 persen. Di balik ambisi itu, ada peran besar Perumdam Tirta Daroy yang kini memegang peran sebagai operator utama layanan penyedotan lumpur tinja terjadwal atau scheduled desludging service.
Sejak program itu berjalan pada 14 Juli 2025, sebanyak 1.680 rumah tangga telah mendapatkan layanan penyedotan. Angka ini menjadi tonggak awal bagi Banda Aceh untuk membangun sistem sanitasi aman yang menyeluruh dan berkelanjutan.
Sebelum melangkah ke fase ini, Banda Aceh telah lebih dulu menuntaskan dua capaian penting: 100 persen kepemilikan jamban sehat permanen dan 0 persen praktik buang air besar sembarangan (BABS). "Artinya, Banda Aceh sudah berstatus sebagai kota bebas BABS," kata Wali Kota Illiza Sa'aduddin Djamal, dalam sambutan pembukaan Rakor Advokasi Sanitasi Aman Klaster 1 di Aula Balai Kota, Selasa, 4 November 2025.
Rakor tersebut diikuti perwakilan dari lima kabupaten/kota — Banda Aceh, Sabang, Langsa, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang — bersama jajaran dinas dan sejumlah mitra pembangunan.
Illiza menekankan bahwa sanitasi aman tidak semata urusan infrastruktur. "Ini bagian dari upaya menjaga kesehatan masyarakat, melindungi lingkungan, dan mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan keenam: air bersih dan sanitasi layak untuk semua," ujarnya.
Dalam RPJM Kota Banda Aceh 2025–2029, pengelolaan sanitasi masuk dalam pilar Pembangunan Berkelanjutan dan Ketahanan Lingkungan. Pemerintah menetapkan empat strategi utama:
1. Peningkatan Akses Sanitasi Aman dan Air Bersih dengan target 100 persen akses sanitasi layak dan 30 persen akses aman pada 2029.
2. Pembangunan dan Optimalisasi IPAL/IPLT sebagai prioritas kota.
3. Pembangunan Berbasis Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat.
4. Kolaborasi Lintas Sektor melalui konsep Kota Kolaborasi yang Religius dan Tangguh.
Menurut Illiza, sejumlah langkah konkret sudah mulai dijalankan tahun ini. Di antaranya Revitalisasi Septic Tank Aman di 10 gampong pilot project bekerja sama dengan USAID IUWASH, pembangunan wetland buatan di Gampong Deah Raya sebagai solusi alami pengolahan limbah, serta gerakan "Sanitasi Aman dari Rumah" bersama kader PKK dan tenaga sanitarian puskesmas.
Selain itu, program Kampanye Sekolah Sehat dan Gampong Sehat juga digencarkan untuk membentuk perilaku hidup bersih sejak dini. "Langkah-langkah ini bukan proyek jangka pendek, tapi investasi jangka panjang untuk kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan," ujar Illiza.
Ia optimistis target 30 persen sanitasi aman pada 2029 dapat tercapai dengan sinergi berbagai pihak. "Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah daerah, Pokja PKP, lembaga mitra, dan masyarakat, saya yakin kita bisa wujudkan Banda Aceh yang sehat dan tangguh," ucapnya.
Illiza juga mengajak seluruh peserta rakor menjadikan kegiatan ini sebagai momentum memperkuat komitmen bersama. "Semoga kegiatan advokasi sanitasi aman 2025 menjadi langkah penting menuju Aceh yang lebih sehat, lebih tangguh, dan lebih bermartabat." []
Sejak program itu berjalan pada 14 Juli 2025, sebanyak 1.680 rumah tangga telah mendapatkan layanan penyedotan. Angka ini menjadi tonggak awal bagi Banda Aceh untuk membangun sistem sanitasi aman yang menyeluruh dan berkelanjutan.
Sebelum melangkah ke fase ini, Banda Aceh telah lebih dulu menuntaskan dua capaian penting: 100 persen kepemilikan jamban sehat permanen dan 0 persen praktik buang air besar sembarangan (BABS). "Artinya, Banda Aceh sudah berstatus sebagai kota bebas BABS," kata Wali Kota Illiza Sa'aduddin Djamal, dalam sambutan pembukaan Rakor Advokasi Sanitasi Aman Klaster 1 di Aula Balai Kota, Selasa, 4 November 2025.
Rakor tersebut diikuti perwakilan dari lima kabupaten/kota — Banda Aceh, Sabang, Langsa, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang — bersama jajaran dinas dan sejumlah mitra pembangunan.
Illiza menekankan bahwa sanitasi aman tidak semata urusan infrastruktur. "Ini bagian dari upaya menjaga kesehatan masyarakat, melindungi lingkungan, dan mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan keenam: air bersih dan sanitasi layak untuk semua," ujarnya.
Dalam RPJM Kota Banda Aceh 2025–2029, pengelolaan sanitasi masuk dalam pilar Pembangunan Berkelanjutan dan Ketahanan Lingkungan. Pemerintah menetapkan empat strategi utama:
1. Peningkatan Akses Sanitasi Aman dan Air Bersih dengan target 100 persen akses sanitasi layak dan 30 persen akses aman pada 2029.
2. Pembangunan dan Optimalisasi IPAL/IPLT sebagai prioritas kota.
3. Pembangunan Berbasis Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat.
4. Kolaborasi Lintas Sektor melalui konsep Kota Kolaborasi yang Religius dan Tangguh.
Menurut Illiza, sejumlah langkah konkret sudah mulai dijalankan tahun ini. Di antaranya Revitalisasi Septic Tank Aman di 10 gampong pilot project bekerja sama dengan USAID IUWASH, pembangunan wetland buatan di Gampong Deah Raya sebagai solusi alami pengolahan limbah, serta gerakan "Sanitasi Aman dari Rumah" bersama kader PKK dan tenaga sanitarian puskesmas.
Selain itu, program Kampanye Sekolah Sehat dan Gampong Sehat juga digencarkan untuk membentuk perilaku hidup bersih sejak dini. "Langkah-langkah ini bukan proyek jangka pendek, tapi investasi jangka panjang untuk kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan," ujar Illiza.
Ia optimistis target 30 persen sanitasi aman pada 2029 dapat tercapai dengan sinergi berbagai pihak. "Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah daerah, Pokja PKP, lembaga mitra, dan masyarakat, saya yakin kita bisa wujudkan Banda Aceh yang sehat dan tangguh," ucapnya.
Illiza juga mengajak seluruh peserta rakor menjadikan kegiatan ini sebagai momentum memperkuat komitmen bersama. "Semoga kegiatan advokasi sanitasi aman 2025 menjadi langkah penting menuju Aceh yang lebih sehat, lebih tangguh, dan lebih bermartabat." []
