Paska Studi Banding ke Yogja, Keuchik Mauliadi Impikan 2032 Tanjong Raya Sekaya Desa Ponggok

Ketua APDESI Gandapura Keuchik Mauliadi (paling kanan) dan beberapa Keuchik Gandapura saat Studi Banding di Desa Ponggok Kec. Palonharjo Kab.Klaten Prov. Jawa Tengah, Rabu (11/10/2023
Ketua APDESI Gandapura Keuchik Mauliadi ( berdiri enam dari kiri) bersama Camat dan beberapa Keuchik Gandapura saat Studi Banding di Desa Ponggok Kec. Palonharjo Kab.Klaten Prov. Jawa Tengah, Rabu (11/10/2023

KABAR ACEH | Bireuen- Usai mengikuti program Study Banding ke Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah, sejak 10-14 Oktober 2023, para keuchik (Kepala Desa-red) di tiga kecamatan, Gandapura, Makmur dan Jeunieb, sangat termotivasi dengan kemajuan desa-desa yang menjadi lokasi sasaran kunjungan.

Tak ayal, sejumlah keuchik pada  hari pertama study banding 11 Oktober, melakukan lawatan ke Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung sebelah Selatan dengan D.I. Yogayakarta.

Ponggok, salah satu desa terkaya di Indonesia saat ini, dulunya sebuah desa miskin di Kabupaten Klaten yang memiliki luas wilayah lebih kurang 77 hektar dengan jumlah penduduk 2.152  jiwa.

Desa Pondok berubah menjadi desa kaya raya setelah mampu memanfaatkan secara maksimal potensi alam desa, yakni potensi air yang melimpah dan memiliki beberapa umbul.

Umbul Ponggok merupakan wisata air bersumber dari mata air yang dimanfaatkan menjadi objek wisata, pemandian dan selam permukaan.

Bebeberapa umbul seperti Umbul Besuki, Umbul Sigedang, Umbul Ponggok, Umbul Kapilaler, serta Umbul Cokro. Pada setiap umbul ini dapat dijumpai pemandangan alam yang indah serta air yang jernih, didukung dengan suasana pedesaan yang asri maka sangat sesuai jika desa ini dikembangkan menjadi sebuah desa wisata yang dikunjungi ribuan wisatawan setiap harinya, berbanding terbalik dengan label desa terpencil dan miskin diwaktu dulu.

Hal inilah yang menjadi daya tarik para Keuchik yang sudah berkunjung ke Desa kaya tersebut dan menjadikan motivasi untuk memanfaatkan sumber daya alam didesanya saat kembali ke daerah.

Kenapa tidak, selain dikembangkan untuk daerah wisata, sumber air yang melimpah dimanfaatkan oleh warga Desa Ponggok untuk membudidayakan ikan, terutama ikan nila. Desa ini memiliki lahan potensial seluas 8.0 ha dan lahan yang digunakan untuk usaha di sektor perikanan seluas 5 ha dengan penghasilan produksi 0.57 ton perhari.

Selain budidaya ikan Nila di Desa Ponggok juga terdapat budidaya udang galah, dimana budidaya ini dapat menghasilkan 1 kuintal perbulan. Selain udang galah dan nila, warga desa juga mulai mengembangkan budidaya ikan koi sebagai alternatif untuk mendapatkan penghasilan yang melimpah.

Potensi Desa Ponggok lainnya adalah adanya perhatian yang besar terhadap perkembangan Desa Ponggok baik dari warga masyarakat desa maupun aparat Desa Ponggok. Selain itu Desa Ponggok memilik banyak lembaga desa (institusi lokal) yang mendukung perkembangan/ peningkatan ekonomi lokal dan pembangunan pariwisata di Desa Ponggok seperti Badan Usaha Milik Desa  BUMDes), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Pokdakan, Unit Pengelola Lingkungan (UPL), dan Unit Pengelola Sosial (UPS).

Kunci keberhasilan desa ini juga ada para Kepala Desa (Keuchik-red) yang berhasil menggandeng akademisi untuk mengeksplorasi semua potensi yang ada sehingga pendapatan Desa Pondok sebelumnya hanya Rp80 juta kemudian naik 48 kali lipat menjadi Rp3,9 miliar. Saat ini pendapatan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang mengelola wisata di Desa Pondok mencapai Rp14 miliar per tahun.

"Tentu dengan mengadopsi tata kelola Desa Ponggok dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam, walau tidak bisa sekaya desa tersebut, setidaknya Desa Tanjong Raya khsususnya dan desa di Gandapura, dapat berbenah dengan manfaatkan lahan pertanian yang kami miliki," ujar Keuchik Mauliadi kepada kabaraceh.co yang nampak sangat termotivasi, setiba di Gandapura, Sabtu (14/10/2023) pagi.

Keuchik yang dikenal vokal tersebut, kembali mengisahkan, beranjak hari kedua study banding pada 12 Oktober di Jawa Tengah, para keuchik berkunjung ke Desa Borobudur Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Desa dengan luas wilayah 421 hektar dan jumlah penduduk 10.500 jiwa, dari hasil pengelola Bumdes yang baik, desa ini mendapatkan penghasilan 12 Miliar setiap tahunnya.

Pendapatan Asli Desa (PADes) Borobudur tersebut, diperoleh dari hasil Kebun Klengkeng, usaha warung dan Kios- kios di lokasi wisata sawah yang dikelola secara profesional dan akuntabel.

Dikatakan Mauliadi, kami sangat termotivasi akan kemandirian kedua desa tersebut.

"Kami sangat termotivasi dengan keberhasilan kedua desa tersebut. Ternyata selama ini kita sangat banyak ketinggalan dalam memanfaatkan potensi desa, terlebih desa kami yang memiliki penduduk hanya sekian persen dibandingkan mereka, tapi belum bisa berbenah secara level desa, walau ada lahan pertanian, semisal kebun cabe, namun pengelolaan oleh pribadi atau kelompok dan hasilnya pun belum bisa dikatakan berhasil, karena berbagai faktor," ungkap Mauliadi.

"Untuk itu, selaku Ketua APDESI Gandapura, saya akan mengajak para keuchik untuk sama - sama memikirkan dan menyusun program untuk kemajuan gampong masing- masing, tentu dengan memanfaatkan semua potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di desa. Mereka (desa-red) di pulau Jawa sana, bisa mandiri, kenapa kita tidak bisa?," terang mantan Imam Meunasah Tanjong Raya.

"Saya juga berharap Studi Banding tahun 2023 ini dapat bermanfaat, jangan sekedar jalan-jalan keluar daerah, tapi dana desa yang sudah kita keluarkan untuk kegiatan ini dapat kita praktekkan di desa masing- masing, sesuai kemampuan atau potensi desa dan dengan mengembangkan Bumdes atau Bumdesma tentunya,"  pungkas Keuchik Mauliadi yang juga Ketua JASA Bireuen. [SR]

Postingan Lama
Postingan Lebih Baru