Terasi Awaina Oleh-oleh Khas Langsa Cocok di Bawa Pulang Dari Perantauan

Siapa sih yang tidak suka  dengan sambal terasi, dengan aroma khas yang membuat lidah untuk segera menyantap sambal yang enak ini, apalagi ditambah dengan lalapan yang membuat perut semakin terasa lapar jika membayangkan makanan khas Indonesia yang satu ini.

Tidak hanya Indonesia, Aceh khususnya kota Langsa menjadi terasi sebagai ikon dan ole-ole khas kota tersebut, jika kalian berkunjung ke Langsa, kalian harus wajib membawa buah tangan berupa terasi untuk pulang ke kampung kalian. Sehingga dengan seiringnya waktu produk terasi miliknya sudah banyak dikenal oleh masyarakat ramai, bahkan setiap pengunjung yang ke Langsa selalu membawa oleh-oleh berupa terasi untuk dibawa pulang ke kampung halamannya.

Terasi bisa dijadikan bumbu makanan dan bisa pula dijadikan lauk makan tentunya setelah diolah dengan cara tertentu hingga enak dimakan. Untuk rasanya terasi khas kota Langsa ini tidak usah diragukan lagi, sudah pasti enak dan tentunya berbeda dengan terasi didaerah lainnya.

Salah satu terasi yang wajib untuk kalian cobain yaitu terasi Awaina milik Jafaruddin yang berada di Gampong  Simpang Lhee, Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa. Usaha terasi milik Jafar ini merupakan turun temurun mulai dari Kakek, Ayah hingga dirinya yang saat ini menjalankan bisnis tersebut, usaha tersebut sudah ada semenjak tahun 1950 dan ini sudah sangat lama sekali.

Untuk proses pembuatan terasi ini, hanya membutuhkan dua bahan utama yaitu udang rebon dan garam saja, lalu kemudian kedua bahan tadi dicampur merata dan di fermentasi selama 2 sampai 3 hari lama. Sedangkan untuk takaran garam dan udang rebonnya yaitu 1:10, artinya 1 kg garam dan 10 kg udang rebon.

"Proses pembuatan terbilang simple karena kita cuman pakai udang rebon dan garam, yang perlu di perhatikan fermentasinya, sampai 2-3 hari, baru digiling, kemudian masa penyimpanan siap pakai," jelasnya, Kamis (1/12)

Setelah dilakukan fermentasi, Jafar kemudian menggiling terasi tersebut kemudian dilanjutkan dengan masa penyimpanan siap pakai, apabila ada konsumen yang ingin membeli, terasi itu sudah bisa langsung di packing oleh Jafar.

Tidak tanggung-tanggung, karena gerai dan gudang tempat produksi terasi Awaina berada di wilayah yang sama, konsumen langsung dapat melihat proses packingan sedang berlangsung, dan konsumen juga dapat memilih dan melihat tekstur dari terasi yang ingin mereka beli.

Apalagi dalam proses produksi tersebut, tidak selamanya udang rebon berukuran kecil, kadang-kadang ada juga yang berukuran besar, jika ukurannya besar lebih memakan waktu, biasanya udang rebon yang kecil hanya satu penggilingan saja, jika menggunakan udang rebon yang besar harus melakukan penggilingan sampai dua kali, agar terasinya menjadi tekstur yang lebih halus lagi.

Biasanya, kata Jafar, bahan udang rebon di dapat dari nelayan wilayah setempat, selain bisa memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA), ia juga ikut membantu para nelayan dengan membeli udang rebon. "Kita usaha hulu hilir, bajan baku dari nelayan kampung, kita beli lalu kita jual sehingga dijadikan buah tangan dari Langsa, istilahnya memanfaatkan SDA yang ada, daripada udangnya tidak tahu dibawa kemana jadi lebih baik produksi," sebutnya.

Untuk hitungan produksi dari terasi Awaina sendiri, perbulannya Jafar dapat memproduksi 1 sampai 2 ton terasi perbulan, meskipun tiap setiap hari diproduksi, karena dirinya akan memproduksi terasi jika udang rebon yang sediakan nelayan banyak. "Kita tidak produksi tiap hari, hitung kasarnya 1 sampai 2 ton perbulan, karena barangnya dari laut besok masuk 500 kg besok tidak masuk, kadang-kadang lusa masuk lagi," jelasnya.

Berkat usaha terasi miliknya, kini dia telah mempekerjakan sebanyak 7 orang karyawan ditempat usahanya tersebut. Karena terasi produksi Awaina tidak menggunakan bahan pengawet sama sekali, dan hanya memakai garam saja, diyakini garam bisa menjadi bahan pengawet dalam makanan, dan terasi miliknya mampu bertahan 6 bulan hingga sampai tahunan tergantung masing-masing varian terasinya.

Ada sebanyak 3 varian terasi yang diproduksi yaitu, varian original atau yang bertekstur seperti pasta, kemudian varian bubuk atau varian yang sudah mengalami proses sangrai dan varian terakhir yaitu varian seperti permen atau yang sudah dibakar.

Tidak hanya memiliki rasa yang enak, ternyata terasi Awaina ini juga sudah bersertifikasi halal dan sudah teruji layak konsumsi dan itu dibukti dari sertifikat dari Dinas Kesehatan. Demi menjaga kepercayaan konsumen, Jafar tidak percaya menaruh bahan-bahan lain kedalam terasinya karena selain bisa mengubah rasa tentu saja konsumen tidak mau lagi untuk membelinya.

"Untuk bahan tambahan lain kita tidak gunakan karena kita  juga sudah bersertifikat halal karena kita juga sudah dalam pantauan, apa yang kita taruh dikomposisi itulah yang kita gunakan, nanti kita takut juga nanti pas ada sidak dan mereka turun langsung udah beda dengan komposisi yang kita daftarkan," ungkapnya.

Harga terasi Awaina cukup relatif murah, dan hanya dibanderol mulai dari Rp. 15 ribu sampai Rp. 25 ribu saja, untuk  ukuran berat 250 gram varian original hanya Rp. 15 ribu saja, untuk varian bakar atau permen satu botol isi 100 gram hanya Rp. 20 ribu saja dan terakhir untuk varian bubuk satu botol berat 100 gram hanya Rp. 25 ribu saja.

Saat ini, untuk menjual dan memasarkan produknya, Jafar tidak hanya menjual offline saja tetapi juga menjual offline menggunakan Instagram dan WhatsApp, untuk penjualannya terasi miliknya sudah melangkah tentunya sudah laku terjual di seluruh Aceh bahkan hingga  Semarang dan ke Banten. Dalam sehari, lanjutnya, terasi Awaina miliknya mampu terjual sebanyak 10 sampai 15 kg perharinya.

"Kita kirim  yang jelas pasti sudah ke seluruh Aceh, kita juga kirim Semarang kemudian Banten walaupun tidak banyak hanya untuk konsumsi pribadi, dan untuk oleh-oleh biasanya laku terjual dalam sehari ada sekitar 10-15 kg," katanya.

"Karena menyusun konsep oleh-oleh, pernah kita coba buka cabang tapi tidak jalan, mereka taunya terasi Langsa, jadi harus di langsa di produksinya," tambahnya lagi. Untuk omset dari hasil produksi terasi Awaina ini, laki-laki berkepala tiga ini menyebutkan dirinya meraup sampai Rp. 15 juta perbulannya hanya dengan menjual terasi saja.

Karena produk miliknya memiliki kualitas dan mutu yang tinggi, Jafar tidak takut untuk bertanding dengan produk-produk luar, dan ajang tersebut menjadi salah satu ajang promosi agar produknya lebih dikenal oleh masyarakat luar.

Tidak kalah hebatnya, usaha terasi Awaina ini juga sudah mengikuti banyak event-event baik yang diselenggarakan swasta maupun pemerintah, baru-baru ini dirinya mengikuti event dari Pertamina dan hanya usaha miliknya yang mewakili Aceh untuk pergi ke Belanda, tidak hanya itu dirinya juga pernah mengikuti ekspo yang digelar di Yogyakarta bersama Diskop UKM Aceh dan juga mengikuti study banding ke Surabaya dengan Dinas Perikanan. [Adv]
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru