Kadisdik Aceh Jadikan SMK Sebagai Pusat Industri

Untuk mewujudkan implementasi Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan Aceh terus berupaya guna menciptakan SMK sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Unit Pelaksana Teknis Daerah ( UPTD) Pengembangan Teknis dan Ketrampilan Kejuruan.

Dengan adanya unit layanan BLUD tersebut nantinya SMK akan menjadi pusat industri di daerah sesuai dengan potensi dan bidang keahlian masing-masing sekolah kejuruan, serta akan meningkatkan kompetensi peserta didik, baik lokal, nasional maupun internasional.

"Tujuan SMK di Aceh menjadi unit layanan BLUD ini guna menjadikan sekolah kejuruan sebagai tempat layanan usaha, baik barang atau jasa yang nantinya dapat meningkatkan proses pembelajaran bagi siswa dalam menjalankan praktek industri dengan melaksanakan sistem pembelajaran teaching factory," kata Kepala Dinas Pendidikan Aceh Drs Alhudri MM, Senin (15/2/2021).

Ia menyebutkan, unit layanan BLUD Pengembangan Teknis dan Keterampilan Kejuruan (PTKK) Dinas Pendidikan Aceh nantinya dengan program teaching factory akan melatih peserta didik pada sekolah kejuruan untuk  memproduksi barang dan jasa selayaknya industri lainnya dengan legal berbadan hukum BLUD serta pola keuangan yang flexsibel.

Nantinya produk hasil praktik dan aktivitas bisnis pada unit produksi sekolah kejuruan tidak hanya menjadi pajangan semata, akan tetapi akan dipasarkan kepada masyarakat luas.

"Saat ini cukup banyak produk di SMK yang ada di Aceh mempunyai nilai ekonomis, baik produk barang maupun jasa yang di dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai selama ini. Dengan hadirnya unit layanan BLUD ini nantinya hasil dari usaha dan kegiatan pembelajaran dengan metode teaching factory dapat menjadi pembiayaan tambahan untuk peningkatan kompetensi serta daya saing bagi SMK itu sendiri. Maka BLUD PTKK Disdik Aceh sudah selayaknya dibentuk, dan SMK sebagai unit layanan yang akan menjadi pusat industri di sekolah," katanya.

Apabila dilihat dari sistem pendidikan secara keseluruhan, menurut Hudri, Aceh masih dihadapkan dengan satu persoalan besar yaitu pengangguran.

Maka perlu adanya inovasi di sekolah kejuruan guna menjawab tantangan serta salah satu cara mengurangi angka pengangguran, salah satunya adalah penerapan teaching factory disekolah, atau menjadikan sekolah kejuruan menjadi pusat industri yang legal.

Melihat kebutuhan ini, maka perlu mengembangkan konsep pendekatan pembelajaran yang dikenal sebagai teaching factory (Tefa). Konsep ini menyajikan model pembelajaran berbasis produk (barang/jasa) melalui sinergi sekolah dengan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan industri.

Saat ini, Dinas Pendidikan Aceh melalui UPTD Pengembangan Teknis dan Keterampilan Kejuruan sedang menyiapkan draft yang akan tertuang dalam Peraturan Gubernur Aceh (Pergub) yang mengatur tentang tata kelola, rencana strategis, dan Standar Pelayanan Minimum (SPM) dimana dokumen tersebut merupakan sebagai syarat administrasi untuk pengajuan pembentukan BLUD sesuai dengan permendragi 79 Tahun 2018 tentang pembentukan BLUD.

"Insya Allah, draf pergub tersebut akan kita ajukan akhir Februari ini ke Setda Aceh untuk proses finalisasi dan penetapan. Kita ingin menjadikan SMK sebagai unit layanan agar bisa berinovasi, berkompetensi dan berkreatif dengan menciptakan lulusan kejuruan yang trampil dan siap menuju kedunia kerja," sebutnya.

Ia meminta kepada para kepala SMK seluruh Aceh agar fokus dan serius dengan mengembangkan produk-produk unggulan setiap sekolahnya melalui aktivitas pembelajaran teaching factory dan menjadikan sekolah sebagai unit layanan BLUD yang produktifitas dan berdaya saing.

Salah satu faktor utama penunjang keberhasilan pembangunan di suatu negara adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) unggul yang seiring dengan kebutuhan dunia usaha maupun industrinya.

Sementara Ketua Tim Perumus Unit Layanan BLUD Pengembangan Teknis dan Keterampilan Kejuruan (PTKK) Dinas Pendidikan Aceh, Chaidir SE MM memberikan gambaran apa yang disebutkan Teaching Factory, yaitu model pembelajaran berbasis produk (barang dan jasa) melalui sinergi sekolah dengan industri guna melahirkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan industri yang sedang berkembang di Aceh, Indonesia bahkan dunia.

Lebih lanjut, penerapan metode Tefa di sekolah kejuruan yang ada di Aceh memiliki segudang manfaat diantaranya, untuk meningkatnya efisiensi dan efektivitas pengantaran soft skill kepada peserta didik di SMK, meningkatnya kolaborasi dengan dunia usaha/dunia industri melalui penyelarasan kurikulum, penyediaan instruktur, alih pengetahuan teknologi, pengenalan standar dan budaya industri.

Tefa memiliki beberapa konsep yaitu, berlokasi di SMK, sarana produksi dapat disupport oleh industri mitra, menerima pesanan dari industri mitra, sistem produksi seperti di industri mitra, tenaga supervisi dari atau dilatih oleh industri mitra.(*)
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru